Tek Nun: “Menulis, Proses Pendewasaan Diri”

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp
Share on telegram

Oleh Tim Redaksi elipsis

TEK NUN, demikian ia akrab disapa. Nama lengkapnya Nurhayati. Lahir di Air Dingin, Kabupaten Solok, Sumatra Barat, pada 25 Desember 1981. Sekarang ia guru di MAN 1 Kota Bukittinggi, mengampu bidang studi Bahasa Indonesia.

Tek Nun hobi menulis, dan di sela-sela itu ia mengisi teko pikiran dengan berbagai jenis bacaan, baik fiksi maupun nonfiksi. Ia bercita-cita menjadi penulis yang tulisannya dirindukan pembaca.

Pendidikan S-1 ia selesaikan di Jurusan Sastra Unand Padang. Sekarang, ia berdomisi di Bukittinggi.

Menulis bagi Tek Nun adalah sebuah proses pendewasaan diri, juga pendewasaan pikiran. Dengan menulis, akunya, ia semakin banyak belajar dari hal-hal yang awalnya tidak ia ketahui yang berujung pada penelusaran dan akhirnya menemukan apa yang ingin ia dapatkan.

“Menulis tidak sekadar menulis, tetapi merupakan salah satu cara mengekspresikan diri,” ujar Tek Nun kepada elipsis, awal pekan lalu.

Menurut Tek Nun, menulis itu asyik. Dengan menulis, seseorang bisa keluar dari masalah yang sedang mendera.

“Dengan menulis, kita bisa bercerita kepada seluruh sahabat di mana pun berada. Dengan menulis, kita bisa dikenal oleh siapa pun di seluruh pelosok negeri. Dengan menulis, kita bisa menambah daftar teman tanpa perlu membatasinya,” papar Tek Nun sembari menyebut saat ini karyanya yang sudah terbit sekitar 25 judul, di antaranya: 5 buku solo dan 20 buku antologi.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, menulis merupakan obat dan menyembuhkan. Menulis bagi dirinya adalah sebuah proses pencarian jati diri, karena dengan menulis ia bisa mengetahui kemampuan diri sendiri; mengetahui kecenderungan menulisnya ke arah mana.

Tek Nun merupakan salah seorang Tim Kreatif Kelas Menulis Daring (KMD) elipsis. Bergabung di KMD elipsis, bermula dari melihat status di beranda Facebook Muhammad Subhan. Ia tertarik bergabung, dan mulai 1 Juni 2020, ia resmi menjadi peserta KMD elipsis, meski sebelum itu ia mengaku beberapa kali mendapatkan penolakan karena peserta kelas itu telah melebihi kuota.

KMD elipsis merupakan Kelas Menulis Daring yang dibina penulis dan pegiat literasi Sumatra Barat, Muhammad Subhan. Peserta lebih 200-an orang.

“Jauh sebelumnya, saya sudah mengikuti Pak Subhan di akun Facebook dan membaca beberapa karya beliau, di antaranya novel Rinai Kabut Singgalang dan Rumah di Tengah Sawah.

Panci Gosong

Jargon panci gosong melekat pada diri Tek Nun hingga kini. Banyak orang penasaran, apa dan dari mana asal muasal istilah panci itu melekat dan menjadi branding bagi sosok Tek Nun. Bahkan, ia menjadi orang pertama yang “memegang pancinya” jika melihat ada peserta KMD elipsis yang tidak aktif, dan ia tak sungkan merehatkan peserta bersangkutan.

“KMD elipsis tidak merawat ketidakproduktifan, apalagi peserta tak berjejak, tak menunjukkan karya, baik di kelas maupun di luar kelas,” katanya tegas.

Tek Nun pun bercerita, panci gosong berawal dari seringnya panci di dapur rumahnya menjadi korban ketika ia menulis. Saat memasak air, kemudian ditinggal, lalu duduk di depan laptop dan menulis, demikianlah gambarannya.

Saking asyiknya menulis, panci yang ditinggal di dapur tadi gosong hingga mengeluarkan kepulan asap dan memekakkan seisi rumah.

Nahasnya, peristiwa itu tidak hanya sekali terjadi, tetapi terulang berkali-kali.

“Namun, emang dasar diri ini tak berperikepancian, kejadian yang sama terus terulang-dan terulang sampai saat ini,” ungkapnya sembari tertawa.

Untuk mengabadikan si Panci Gosong itu, bersama teman-temannya di kelas menulis Jenius Writing, ia menjadikan kisah yang ia alami menjadi sebuah buku antologi, dan hasilnya cukup membuat ia bangga.

“Kenapa tidak, hal-hal yang dianggap sepele malah bisa dibuat menjadi sebuah karya dan menginspirasi banyak orang,” ujarnya sembari mengatakan tak ada waktu untuk melamun dari hal-hal yang tidak perlu, kecuali menulis dan menulis.

Kalau ada orang yang benar-benar kepo tentang panci Tek Nun, ia pun tak sungkan mengundang orang datang ke rumahnya untuk melihat panci-panci yang telah berjatuhan menjadi korban.

“Mari datang ke pondok saya, akan saya pamerkan panci-panci yang sudah menjadi korban selama memantapkan diri sebagai penulis. Tentu tak lupa juga menawarkan Anda untuk membaca buku Panci Gosong itu,” ajaknya.

Selain penulis, Tek Nun juga seorang pegiat literasi di sekolahnya. Bersama guru-guru lainnya, ia ikut menggerakkan pelajar MAN 1 Bukittinggi untuk suka membaca dan mau menulis.

“Sesuai semboyan yang sampai saat ini saya pakai, menulis bisa menjadi obat sekaligus penyembuh.

Menyembuhkan jiwa yang kering kerontang dari hal-hal yang tak jelas asal muasalnya. Menulis bisa dijadikan sebagai alat untuk membuat jiwa lebih tenang dan bahagia,” ujarnya berfilosofi.

Di lingkungan sekolah, sejak tahun 2019 sampai sekarang, Tek Nun terus menyuarakan agar teman-temannya sesama guru terus mengasah kemampuan di bidang menulis.

Dampaknya, sebagian besar guru di MAN 1 Bukittinggi telah memiliki buku solo maupun antologi.

Begitu juga dengan siswa-siswinya, sebagian dari mereka sudah banyak yang memiliki buku solo dan sekarang sedang merampungkan buku antologi puisi dan cerpen.

Produktivitas dan keaktifan Tek Nun menjadi perhatian Tim Kreatif KMD elipsis dan mulai meminang Tek Nun untuk ikut bergabung mengelola KMD elipsis. Bahkan, ia terlibat sebagai salah seorang dewan redaksi majalah digital elipsis yang telah diluncurkan pada 1 Juni 2021 lalu.

“Alhamdulilah, Kepala MAN 1 Bukittinggi, Bapak Drs. Irsyad, M.Pd. ikut ambil bagian nge-share majalah elipsis ke grup WA sekolah. Beliau menyambut dengan hangat kehadiran majalah elipsis,” ungkapnya.

Penulis: Tim Redaksi elipsis
Editor: Anita Aisyah

Sumber: Majalah digital elipsis edisi 002, Juli—Agustus 2021

Untuk keterbacaan teks dan tampilan yang lebih baik, sila unduh aplikasi majalah elipsis di Play Store, tanpa memerlukan login. Kirim naskah ke majalah digital elipsis via email: majalahelipsis@gmail.com. Dapatkan bundel digital majalah elipsis (format PDF 100 halaman) dengan menghubungi redaksi di nomor WhatsApp 0856-3029-582.

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Download versi aplikasi untuk kenyamanan membaca