Semoga Tidak Lagi Berulang Galodo di Bukik Batabuah

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp
Share on telegram

Laporan Dinda

BUKIK BATABUAH, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, menjadi saksi sejarah tibanya bencana lahar dingin di nagari itu, Sabtu, 11 Mei 2024. Banjir menyusul lagi sehari sesudahnya, Ahad, 12 Mei 2024, dan menerbitkan duka serta air mata warga.

Beberapa rumah milik warga hancur total dihondoh galodo, sementara beberapa lainnya rusak dan nyaris tak lagi dapat ditempati.

Mukjizatnya, di saat bencana luar biasa itu terjadi, sebuah masjid malah selamat, tidak terlalu terdampak bencana. Masjid itu masih tetap berdiri kokoh dan menjadi saksi bisu peristiwa nahas di tengah malam itu.

Menjelang banjir datang, kebetulan ada beberapa remaja yang melaksanakan kegiatan musyawarah membahas pembersihan masjid. Namun, di saat rapat berlangsung, seorang pemuda keluar masuk untuk melihat air di aliran sungai.

Tiba-tiba saja pemuda ini berteriak, “Bubar-bubar, selamatkan diri, air sungai sudah naik lagi!” ujar pemuda itu.

Teriakan rekannya itu membuat pemuda-pemudi lainnya berhamburan menyelamatkan diri ke luar masjid. Dengan cepat air sungai meluap dan lubang jembatan sudah dipenuhi tumpukan ranting kayu yang membuat air dengan mudah naik ke daratan dan ke permukiman warga.

Dari kesaksian salah seorang pemudi yang mengikuti rapat pembersihan masjid malam itu, Livia, mengatakan, hujan telah turun sejak sore sebelumnya. Hujan yang sangat deras.

“Hujannya awet dari sore sampai malam, dan saat itu material seperti batu juga terbawa sampai pemukiman. Bebatuan itu juga mengenai salah satu kedai di depan masjid,” ujar Livia, salah satu korban yang selamat di malam itu.

Teman Livia, Ivar, turut bersaksi. Ia mengatakan, sebelum bencana tiba sudah ada beberapa orang yang meneriaki warga sekitar untuk menyelamatkan diri dari galodo.

“Ada salah satu orangtua kami ingin menyelamatkan mobilnya yang terletak di depan masjid dan saat beliau memasuki mobil kami tidak sadar mobilnya terbawa arus. Kami yang di dalam masjid awalnya tidak sadar kalau orangtua kami ini masih di dalam mobil dan tiba-tiba beliau berteriak meminta tolong karena mobil yang dikemudikannya terbawa arus sampai melewati kedai yang telah hancur,” ujar Ivar.

Dari kejadian itu, Ivar, Keilla, dan Livia mencoba untuk menyelamatkan diri dari masjid yang bersisian dengan aliran sungai.

“Kami menyelamatkan diri ke Simpang Bukik. Di sana ada motor saya. Saat kami mau mengendarai motor itu, motor jatuh karena aliran air sudah sangat deras. Kami sempat terseret arus sehingga membuat kami terpencar. Untunglah kami selamat,” ujar Ivar.

Dari kesaksian warga setempat, ada sejumlah warga meninggal dunia. Setelah diindentifikasi, beberapa warga meninggal bernama Adek Hendra (40) asal Nagari Bukik Batabuah, Kecamatan Candung, Kabupaten Agam, Adila (57) asal Kampung III Tabek Barawak, Nagari Kapalo Koto, Kecamatan Sunga Pua, Kabupaten Agam, Resfanel (65) asal Simpang Bukik Jorong Kubang Duo Koto Panjang, Kecamatan Candung, Kabupaten Agam, Suryani (52) asal Jorong Galuang Nagari Nagari, Sungai Pua, Kabupaten Agam. Ada juga beberapa orang luka-luka dan banyak warga yang terkena dampak trauma pada bencana saat ini.

Pascabencana, tim penyelamat dibantu mahasiswa dari berbagai universitas turun ke lokasi bencana. Mereka melakukan bersih-bersih serta memberikan trauma healing bagi warga yang terdampak golodo.

Khusus trauma healing diberikan untuk anak-anak, lansia, ibu hamil, dan remaja. Bagi anak-anak yang terkena dampak trauma ini setidaknya menghibur mereka dari trauma.

Kegiatannya berupa bernyanyi, mengambar, atau permainan untuk anak-anak. Sementara untuk lansia dan ibu hamil dibantu dengan mendengarkan cerita ibu-ibu setempat sehingga beban yang dirasakan mereka dapat lebih ringan.

Kesiapsiagaan menghadapi bencana oleh warga sangat penting. Harapannya di masa depan bencana tak lagi menimbulkan kerusakan dan korban jiwa.

“Semoga galodo tidak lagi berulang. Bumi kembali baik-baik saja,” harap seorang warga. (*)

Editor: Muhammad Subhan
Fotografer pada utama: Tasya Utami Mardi

Untuk keterbacaan teks dan tampilan website majalahelipsis.com yang lebih baik, sila unduh aplikasi majalah elipsis di Google Play atau APP Store, tanpa memerlukan login. Kirim naskah ke majalah digital elipsis (ISSN 2797-2135) via email: majalahelipsis@gmail.com. Dapatkan bundel digital majalah elipsis (format PDF 100 halaman) dengan menghubungi redaksi di nomor WhatsApp 0856-3029-582. Ikuti laman media sosial Majalah Elipsis (Facebook) atau @majalahelipsis.

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Download versi aplikasi untuk kenyamanan membaca