Sajak-sajak Riri Satria

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp
Share on telegram

Riri Satria lahir di Padang, 14 Mei 1970. Puisinya sudah diterbitkan dalam empat buku puisi tunggal, yaitu Jendela (2016), Winter in Paris (2017), Siluet, Senja, dan Jingga (2019), Metaverse (2022), kumpulan puisi duet bersama Emi Suy berjudul Algoritma Kesunyian (2023), di samping lebih dari 60 buku kumpulan puisi bersama penyair lainnya. Riri juga menulis esai yang dibukukan dalam Untuk Eksekutif Muda: Paradigma Baru dalam Perubahan Lingkungan Bisnis (2003), trilogi Proposisi Teman Ngopi (2021) yang terdiri tiga buku Ekonomi, Bisnis, dan Era Digital, Pendidikan dan Pengembangan Diri, dan Sastra dan Masa Depan Puisi (2021), serta Jelajah (2022). Sehari-hari ia adalah dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Komisaris di sebuah BUMN yaitu PT. Jakarta International Container Terminal (JICT), Anggota Dewan Penasihat Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUINI UI), Ketua Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), Pimpinan Umum sebuah jurnal sastra daring Sastramedia.com, serta Penasihat Majalah elipsis.

SEPANJANG MALAM ITU

Di sepanjang malam – di jalan sunyi
aku kembali memunguti puisi-puisi masa lalu
yang pernah berantakan
berceceran
berserakan
untuk kususun ulang – menjadi puisi yang utuh kembali

(Jakarta, 2023)

PINTU

Melewati pintu-pintu kehidupan
Dari pangung ke panggung
Dari lorong ke lorong
Dari ramai ke sunyi
Dari sunyi ke ramai
Dari kisah ke kisah
Dari terang ke gelap
Dari gelap ke terang
Dari bahagia ke sedih
Dari sedih ke bahagia
Dari kontemplasi ke kontemplasi
Dari puisi ke puisi
Menyambung tiada jeda
Semua sudah tertulis – dalam algoritma-Nya

(Jakarta, 2023)

MASIH DI JALANAN

Tak ada puisi lalu-lalang malam ini
hanya kerlap-kerlip lampu jalanan
menyisakan hening

Di jalan ini
satu per satu puisi kita
menemukan takdirnya

(Padang, 2024)

HUJAN ITU

Selalu ada bait puisi
tentangmu, tentangku
tentang hujan itu

Ada hening, ada rindu
abadi bersama – Sang Waktu

(Cibubur, 2024)

PARTITUR

Malam ini ada orkestra
partitur ayat-ayat Semesta
mengiringi puisi Sang Maha Cinta

Aku terdiam, tertunduk
di tengah pusaran Jagat Raya

(Bogor, 2024)

SINGKARAK

Ada kerinduan – untuk mengunjungi kembali
melipat waktu ke masa kecil dulu
kupungut kata-kata dari birunya air
jadikan diksi – diabadikan dalam puisi

(Padang, 2024)

GERAK ACAK

Puisi kita menembus batas wacana
Satu per satu baitnya membentuk makna
Kita menyerah pasrah – kepada Semesta
Entah ke mana gerak acak ini – akan dibawa-Nya

(Jakarta, 2024)

Untuk keterbacaan teks dan tampilan website majalahelipsis.com yang lebih baik, sila unduh aplikasi majalah elipsis di Google Play atau APP Store, tanpa memerlukan login. Kirim naskah ke majalah digital elipsis (ISSN 2797-2135) via email: majalahelipsis@gmail.com. Dapatkan bundel digital majalah elipsis (format PDF 100 halaman) dengan menghubungi redaksi di nomor WhatsApp 0856-3029-582. Ikuti laman media sosial Majalah Elipsis (Facebook) atau @majalahelipsis.

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Download versi aplikasi untuk kenyamanan membaca