NUNUNG NOOR EL NIEL yang terlahir dengan nama Noor El Niel adalah perempuan penyair Indonesia yang saat ini tinggal di Denpasar, Bali. Nunung lahir di Jakarta, 26 September dan menghabiskan masa kecilnya di kota Surakarta, Jawa Tengah, kemudian pindah kemudian ke Bogor hingga tamat SMA. Nunung adalah pendiri komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM) dan saat ini aktif sebagai pengurus komunitas, serta juga aktif di komunitas Jatijagat Kampung Puisi (JKP) di Denpasar, Bali. Karya puisinya diterbitkan dalam enam buku kumpulan puisi tunggal, yaitu Solitude (2012), Perempuan Gerhana (2013), Kisas (2014), Perempaun dan Tujuh Musim (2016), serta Betinanya Perempuan (2019), Sumur Umur (2021). Di samping itu, puisinya juga dimuat dalam berbagai buku kumpulan puisi bersama penyair lainnya, antara lain Memo Anti Kekerasan Terhadap Anak (2016), Memo Anti Terorisme (2016), Puisi Menolak Korupsi (2016), Puisi Penyair Kopi Dunia (2016), Menginyah Geram: Puputan Melawan Korupsi (2017), The First Drop of Rain: Antologi Puisi Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2017 (2017), Buku Sketsa Wajah Ibu: Antologi ASEAN Woman Writers Assosiation 2017 (2017), Epitaf Kota Hujan: Antologi Puisi Temu Penyair ASEAN di Padangpanjang (2018), When the Days Were Raining: Antologi Puisi Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2019 (2019), serta Perempuan Bahari (2020), Sebab Cinta Kami Bicara (2023), Mencari Presiden Anti Korupsi (2023), dan tergabung di dalam 109 buku Antologi Puisi Bersama. Puisi Nunung juga dimuat di berbagai media, antara lain Media Indonesia, Indopost, Jawa Post, Pikiran Rakyat, Analisa Medan, Bali Post, Denpasar Post, serta Solo Post. Ia mengikuti berbagai pertemuan sastra di Indonesia. Profilnya tercatat di Buku Apa dan Siapa Sastrawan Indonesia yang diterbitkan Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2018.
BENANG
benang basah itu
jangan kau tegakkan
sebagai sebuah alasan
karena pengingkaran
jangan biarkan melayang
seperti layang-layang, putus
lalu kusut di tangan
dan menyisakan
penyesalan
ulurkanlah benang panjang itu
agar dapat kurajut, hingga
menjadi kenangan
sebagai pelapis
ingatan
- kelak bertemu dan bersanding
- dalam persulangan
Denpasar. 14 05 23
PENCUCI MULUT
kau selalu saja tak mendengar
suara dari mulutku
yang telah kukupas
pada buah-buah
percakapan
kita
dan buah itu terjatuh
dari meja makan
tanpa dapat lagi
kau kunyah
bibirmu terbakar, melepuhkan
sumpah serapah
hingga membusuk
di setiap rongga
mulutmu
aku hanya mengunyah
sisa-sisa matahari
Dps 03 09 23
CELAH MALAM
begitu pekatnya malam
menggetarkan sepi
jauh, hingga ke
lubuk hati
aku mendengar lamat-lamat, di antara
keluhan dan igauan yang selalu
terkumur dari lubuk hati
terdalam
aku tak tahu apakah itu hanya
sebuah kisah yang membuat
bosan dan jenuh
lalu menjauh
aku tak perduli, aku hanya ingin
mencatat semua jejak langkah
dengan puisi-puisi
sekalipun kau tak
memahami
- sebab kutahu di antara
- celah waktu yang
- begitu sempit
- begitu pekat
- kau pun
- dapat
- menyelinap
Dps, 20 12 23
NISAN AKSARA
di ceruk malam yang kelam
angin mengembus
kemunafikan
mengkafani semua imajinasi
puisi pun menjadi ilusi
- kita hanya menari-nari
- di atas kuburan
- kata-kata
- mencari imaji yang hilang
Jkt 12 10 23
PUDAR
dulu aku menyukaimu
tapi sekarang
tidak lagi
tidak semua yang kau anggap kecil
mereka tidak tahu apa-apa
mungkin lebih tahu
dari begitu banyak
yang tak kau tahu
dan pahami
semuanya sudah selesai
pun akhirnya akan
berlalu
tanpa cinta, tidak ada
yang baik-baik
saja
sebab kemolekan luar tak menjamin
jika buah itu matang pohon
atau sekadar
diperam
Dps 17 2 24
HAMBAR
bagaimana aku dapat
menyediakan
mimpi siang
untukmu
jika kau sendirilah yang telah
menghanguskannya
dengan sengatan
matahari
sehingga tak kutemukan lagi
bumbu-bumbu makna
yang dapat kukecap
dari dapurku
seluruh kerinduanku
kini telah mati
Dps 19 2 24
Foto utama: Nunung Noor El Niel
Sumber: Dok. UWRF 2016
Untuk keterbacaan teks dan tampilan website majalahelipsis.com yang lebih baik, sila unduh aplikasi majalah elipsis di Google Play atau APP Store, tanpa memerlukan login. Kirim naskah ke majalah digital elipsis (ISSN 2797-2135) via email: majalahelipsis@gmail.com. Dapatkan bundel digital majalah elipsis (format PDF 100 halaman) dengan menghubungi redaksi di nomor WhatsApp 0856-3029-582. Ikuti laman media sosial Majalah Elipsis (Facebook) atau @majalahelipsis.