Sajak-sajak Muhammad Subhan

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp
Share on telegram

Muhammad Subhan, penulis, pegiat literasi, founder Sekolah Menulis elipsis, menetap di pinggir Kota Padang Panjang, Sumatra Barat. Lahir di Medan, 3 Desember. Buku puisinya Tungku Api Ibu (2023) dan Kesaksian Sepasang Sandal (2020). Novelnya Rumah di Tengah Sawah diterbitkan Balai Pustaka (2022). Ia penulis undangan Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) 2017. Esainya tiga terbaik Festival Sastra Bengkulu (2019) dan puisinya tiga terbaik Banjarbaru Rainy Day Literary Festival (2019). Beberapa puisinya dialihwahanakan menjadi lagu dengan iringan musik klasik oleh pianis bertaraf internasional, Ananda Sukarlan. Instagram: @muhammadsubhan2.

PERCAKAPAN MARAPI, 1

masuklah lebih dalam, ke palung renung
menyelami makrifat, bahwa debu yang kusemburkan
adalah sebagian tandatanda Dia mencintaimu
dalam Cinta Yang Maha. tapi api cintamu kepada-Nya
sebesar nyala apakah? setitik zarrah?

masuklah lebih dalam, ke palung rahim muasal
yang tak berpaling meski usia mendekati ajal
carilah Dia ke ceruk diri, dan jangan biarkan debu
berahi dan ambisi menutupi hati, lalu lupa jalan pulang.

masuklah lebih dalam, ke palung zikir
ratibkan nama-Nya dalam perjalanan yang
sering membuatmu alpa—lupa dari ketiadaan
ketiduran, dan mata di kepala di hati dimata-matai
oleh segala yang menjadi kelezatan duniawi.

masuklah lebih dalam, ke liang keabadian
bahwa yang kaucaricari bernama kebahagiaan
ada di bilik rumahmu sendiri.

Padang Panjang, 2024

PERCAKAPAN MARAPI, 2

tempuhlah daku, tapi jangan kaurusak tubuhku
tapaki jalanku; mendaki, mendatar, melereng, menurun

mendaki, sebut nama Tuhanku; Tuhanmu
Allah
Allah
Allah

mendatar, jauhkan jahil tanganmu
jangan patahkan ranting walau sebatang
jangan buang sampah walau segenggam
jangan kaucemari sumber air yang akan kauminum
jangan kaubiarkan kumuh sisa api unggunmu

melereng, hormati pohonpohon
rumah bagi para satwa, juga mukim segala
makhluk kasat mata. hiduplah berdampingan
bersama mereka, agar cinta mekar di dada.

menurun, rendahkan hatimu
kau noktah
kau debu
dan debuku kuburmu.

Padang Panjang, 2024

PERCAKAPAN MARAPI, 3

aku masih menyemburkan debu
hingga kini, dan aku belum ingin berhenti
sampai tiba masa, kecemasankecemasan yang kaukandung
luruh ke dalam kepasrahan, lalu doadoa
menjadi perantara harapan
impian, juga ingatan
pada jalan pulang.

Padang Panjang, 2024

PERCAKAPAN MARAPI, 4

pada erupsiku ada kesabaran yang dipupuk
pada dirimu, sepanjang waktu
karena dalam sabarmu
ada tawakal yang panjang
tak terbilang hulu dan hilirnya
dan aku di sini, membersihkan diri
dari nodanoda dosa yang kekal
kukandung bertahuntahun lampau
lalu kupaksakan ia keluar
menjadi muntahan lahar; batubatu, pasir, air, dan kerikil
berhambur menjangkau awan menjangkau langit
menghujani kota dan menyirami huma
hingga samar kudengar bibirmu basah
oleh doadoa yang dirindukan Semesta
dan air mata tumpah, menjadi telaga kasih
yang damai dan ke lautan tafakur jua
kita kembali dalam asyik masyuk
bercengkerama di mihrab Cinta-Nya.

Padang Panjang, 2024

PERCAKAPAN MARAPI, 5

sudah sampai di mana perjamuan ini
tanggaltanggal luruh dari almanak
kopi di meja menjadi ampas
luka telah kering, air mata meranggas
mencari sungaisungai mata air
kaukah yang menjala doa
menabur asa di atas sajadah
di sepanjang malam hening
aku terbatuk di setiap subuh dan senja
dan sungguh, aku ingin pulih
dari sesak yang panjang ini
tapi aku tak tahu hingga kapan
Tuhan menitipkan cinta dan ingatan
pada tubuhku yang ringkih
seringkih ibuku Bumi dan ayahku Langit
aku lahir dari persetubuhan yang kekal
dan anakanakku telah lama menjadi batubatu
kerikil, dan pasir, yang meniduri ladangladang
petani di hamparan pinggang dan kakiku
menjelma dewa kesuburan, menghidupkan
yang kering gugur dilumat musim
tidur panjangku dibangunkan Tuhan
menyentakkan resah di hatimu
tapi percayalah, sesudah gejolak ini usai
kau akan merajut senyum lebih indah
seperti gadis perawan yang sedang jatuh cinta

Padang Panjang, 2024

PERCAKAPAN MARAPI, 6

“Dengarkan Ibu, jika ia melarangmu, jangan sekali-kali mendaki”

Tapi kautak peduli.
Di hari nahas itu, pagi masih mengkal
dan kau mengambil telepon genggam
menyapa kawanmu di seberang
“Kita berangkat!”

Kau berkemas.

Sementara di bilik cemas
Ibu berbalut doadoa
“Tuhan, lindungi jantung hatiku”

Di meja makan, sarapanmu masih tersisa
padahal Ibu memasakkan menu terbaiknya
yang tak akan pernah lagi kaucicipi.

Padang Panjang, 2024

PERCAKAPAN MARAPI, 7

sekali waktu aku ingin menyapamu dalam diam
hingga kuncupkuncup edelweis tumbuh mekar.

sekali waktu aku ingin menyapamu tanpa diam
mengajakmu tersenyum dan bergumam.

sekali waktu aku ingin menyapamu diam-diam
ketika kau tak tahu aku telah menjadi kau.

sekali waktu aku ingin menyapamu, hei, diamlah!
kau dan aku telah menjadi debu.

Padang Panjang, 2024

PERCAKAPAN MARAPI, 8

budi baikmu telah menjadi puisi dalam ingatanku
begitu purnama. walau amarah-Nya
mengekalkan kefanaan.

—tetapi segala yang Dia beri
telah tumbuh subur di Bumi.

Padang Panjang, 2024

PERCAKAPAN MARAPI, 9

kabut dari lekuk tubuh Marapi
turun ke ladangladang tebu
merayapi cangkir kopi kita
di saat pagi masak
dan langit berwarna jingga
memancar keteduhan
di bola matamu yang tiram

terima kasih untuk pelukan
yang kautitip sehabis hujan

kau menguatkan perjalanan
mencabuti duri dan onak
tak surut dihanyut risau paling pisau
yang memuramkan harihari

matahari itu tak pernah ragu
menjadi matahati
menawarkan kehangatan
kadang kita saja yang
pura-pura sungkan

Padang Panjang, 2024

PERCAKAPAN MARAPI, 10

kautafakuri alunan akustik jangkrikjangkrik
yang terpantul di dindingdinding cangkir kopimu
sementara ampas telah hanyut di bibir meja

di berandaberanda maya
kautatap silang sengketa, secarut-carutnya
dari bibir jari orangorang yang mencari bahagia
dengan cara paling cemen

kausimak seteru itu
dan kau masih memilih menepi
dengan caramu sendiri

“pemilu, siapa pemenangnya?”

izinkan aku menjadi tadah
agar aku selalu dekat di kursi dudukmu
berdiang kehangatan
di setiap tegukan
lalu kita menjauh
ke kaki bukit dan lembah

Padang Panjang, 2024

Untuk keterbacaan teks dan tampilan website majalahelipsis.com yang lebih baik, sila unduh aplikasi majalah elipsis di Google Play atau APP Store, tanpa memerlukan login. Kirim naskah ke majalah digital elipsis (ISSN 2797-2135) via email: majalahelipsis@gmail.com. Dapatkan bundel digital majalah elipsis (format PDF 100 halaman) dengan menghubungi redaksi di nomor WhatsApp 0856-3029-582. Ikuti laman media sosial Majalah Elipsis (Facebook) atau @majalahelipsis.

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Download versi aplikasi untuk kenyamanan membaca