Isbedy Stiawan ZS. Lahir dan besar di Tanjungkarang, Lampung. Ia menulis puisi, cerpen, esai, dan karya jurnalis. Pada 2020, tiga buku puisinya masuk 5 besar majalah Tempo (Belok Kiri Jalan Terus ke Kota Tua), Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud RI (Kini Aku Sudah Jadi Batu!).
Kita Pernah Susuri Jalan
: jhs
kita pernah susuri jalan di kota
yang bersih dan hening;
sebuah kota bukan negeri kita
suatu saat kita pun pernah
menghitung kota ini yang lengang
- kau beri aku rokok
- aku menerima asap malam
- dan ruang temaram
- kau nyalakan rokok
- kudapati benderang
- dari kota yang asing
-
kita pernah terbang di kota ini
tapi tak pernah melayang
kecuali kau sekarang
dan aku masih memandang
2021
Menunggu
apa kau kira menunggu itu
membuat bosan? kujawab tak,
sebab pada penantian itu kau
boleh melayang, melanglang,
atau pun berenang dan tenggelam
— samudra dan udara ini
dalam dan tak terukur —
maka, apa masih kau kira menanti
begitu gelisah?
di dalam sepi ruang tunggu
matamu boleh kau mainkan
menulis kegundahan itu…
10/06/21
Enam Hari Sesudah Pekerjaan
enam hari sesudah pekerjaanmu
selesai, kita bertemu untuk kali
pertama. dan waktu percakapan
tanpa lelah. sampai kita diusir
dari sini, menuju kotakota baru
memulai bercocok tanam, mengolah
bumi untuk sawah, ladang, kebun,
hutan, sungai. serta kolam kita
berenang pada pagi dan petang
alangkah lelah. kota demi kota
kita tiduri, tak memberi dengkur
alangkah perih. rumah demi rumah
kita singgahi, hanya menyediakan
ruang kecil
alangkah gulana. kotakota yang
kita lalu, akan selalu menampik
pintu itu, pintu itu
di mana mesti kita temui?
Taman Untung, 8 Juni 2021
Masa Laluku di Sepuluh Jarimu
ternyata, masa laluku masih
ada di 10 jemarimu; kini kembali
terbaca meski aku terbata. mengeja
sehuruf sehuruf, kata dan kalimat
ruangruang temaram, langitlangit
kelam, sepijar lampu di meja hanya
untuk saling mencuri wajah: mukamu
mulaku
berapa jarak antara masa lalu
dan sekarang? putaran waktu, berulang
hingga lelah jemari ini menghitung
kecuali untuk mengeja kenangan
walau terbata. sebab ia sejarah
karena ia masa silam: datang
dan hilang!
Sumber: Majalah digital elipsis edisi 002, Juli-Agustus 2021
Untuk keterbacaan teks dan tampilan website majalahelipsis.com yang lebih baik, sila unduh aplikasi majalah elipsis di Google Play atau APP Store, tanpa memerlukan login. Kirim naskah ke majalah digital elipsis (ISSN 2797-2135) via email: majalahelipsis@gmail.com. Dapatkan bundel digital majalah elipsis (format PDF 100 halaman) dengan menghubungi redaksi di nomor WhatsApp 0856-3029-582. Ikuti laman media sosial Majalah Elipsis (Facebook) atau @majalahelipsis.