Ramadan, Wisuda, dan Toga Kemenangan

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp
Share on telegram

Oleh Bachtiar Adnan Kusuma

IBARAT membaca buku, ada prolog dan ada epilog, sebagai penanda penegasan kalau sebuah buku telah kita baca dengan baik. Demikian halnya Ramadan 1445 H, seperti perjalanan atau lomba lari, saat ini kita telah berada di etape akhir yang umumnya kita kenal etafe adalah bagian akhir dari suatu perjalanan.

Demikian halnya perjalanan bulan suci Ramadan 1445 H, tibalah di ujung perjalanan ibadah puasa kita setelah kita berjuang selama sebulan. Dalam beragam dan corak ikut serta meramaikan Ramadan, penulis kembali mengingatkan bahwa Ramadan telah menjadi pusat madrasah ruhani umat Islam.

Ramadhan tiga hari ke depan akan meninggalkan kita dan semoga kita masih panjang umur bisa bertemu kembali pada Ramadan 1446 H di tahun depan.

Sekali lagi, Ramadan ibarat sebuah prosesi wisuda yang dirangkai dengan dies natalis. Dan, untuk memperoleh toga sebagai simbol kemenangan atas sebuah etafe panjang perjuangan, yang berawal dari perjalanan panjang melelahkan. Penuh ujian dan tantangan di tengah pesatnya industri literasi digital yang terus-menerus menggempur kita. Ujian dan tantangan adalah wujud nyata atas simbol pencapaian menuju prosesi sarjana yang ditutup dengan penyerahan toga kesarjanaan. Demikianlah Ramadan sebagai bulan ujian bagi umat Islam, ada ujian dan ada tantangan untuk meraih toga kemenangan, yaitu “la’allakum tattaqun”. Toga ketakwaan.

Pertanyaannya, siapa yang berhak menyandang toga kemenangan? Jawabannya hanya mereka yang lolos ujian dalam bulan Ramadan yang berhak memakai toga kemenangan.

Toga kemenangan di epilog Ramadan nyaris meninggalkan kita dan Ramadan 1445 H hanya sebuah kenangan. Maka, mari kita memanfaatkan sebaik-baik waktu di epilog Ramadan dengan menebarkan kasih sayang sesama umat, membangun semangat empati merasakan penderitaan orang lain dengan membayar zakat, infaq, dan sedekah, menebarkan silaturahmi, dan memupus mata rantai sifat dengki, iri hati, dan hasad, terutama yang masih bergumul dalam diri kita.

Dengan mempertahankan prestasi akademik Ramadan 1445 H pascawisuda Ramadan 1 Syawal 1445 H dengan kebaikan-kebaikan, sesungguhnya cahaya Ramadan akan bersemayan dalam diri kita. Ramadan ditutup Idulfitri 1 Syawal 1445 H adalah prosesi wisuda umat Islam setelah dinyatakan lolos dan berhak memakai toga kemenangan.

Karena itu, buah karya Ramadan 1445 H, berikutnya diuji dengan berbagai tantangan. Apakah kita mampu mempertahankan toga kemenangan Ramadan 1445 H, maka jagalah almamater kita, yaitu kampus bernama Ramadan 1445 H dengan merawat dan menjalankan perilaku kebaikan selama kita berada di lembah pembinaan.

Semoga kita menjadi alumni Ramadan 1445 H yang bisa mempertahankan sikap baik dan perilaku santun pasca Ramadan 1445 H. Selamat Hari Raya 1 Syawal 1445 H. Mohon maaf lahir dan batin. (*)

Bachtiar Adnan Kusuma
Penulis, Tokoh Literasi, Ketua Forum Nasional Penerima Penghargaan Tertinggi Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional RI, berdomisili di Makassar, Sulawesi Selatan.

Untuk keterbacaan teks dan tampilan website majalahelipsis.com yang lebih baik, sila unduh aplikasi majalah elipsis di Google Play atau APP Store, tanpa memerlukan login. Kirim naskah ke majalah digital elipsis (ISSN 2797-2135) via email: majalahelipsis@gmail.com. Dapatkan bundel digital majalah elipsis (format PDF 100 halaman) dengan menghubungi redaksi di nomor WhatsApp 0856-3029-582. Ikuti laman media sosial Majalah Elipsis (Facebook) atau @majalahelipsis.

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Download versi aplikasi untuk kenyamanan membaca