Jadi Penulis Harus “Tahan Banting” (14)

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp
Share on telegram

Oleh Muhammad Subhan

KALAU tidak istikamah, bertahan di dunia tulis-menulis tidak mudah. Sudah pasti, semua bermuara pada hasil yang didapatkan secara finansial.

Itu tujuan sebagian besar penulis (pemula) ketika terjun ke dunia kata-kata.

Namun, tidak semua penulis menghabiskan hari-harinya pada pekerjaan penuh waktu menulis buku, misalnya. Mereka memanfaatkan kesibukan lain yang tak jauh dari aktivitas tulis-menulis untuk menyokong pekerjaannya sebagai penulis.

Dengan begitu, secara finansial, mereka tetap berada di jalur aman, sehingga aktivitas tulis-menulis terus berjalan lancar sesuai harapan.

Memang, pekerjaan sebagai penulis adalah sebuah perjalanan yang melampaui sekadar mengarang kata-kata. Ia adalah serangkaian langkah yang membutuhkan dedikasi, ketekunan, dan keterampilan multidimensi.

Penulis tidak hanya bertugas menciptakan kisah-kisah yang memikat hati pembaca, tetapi juga harus mampu mempromosikan dan menjual karyanya agar dapat meraih kesuksesan dan sejahtera dari pekerjaan menulis.

Dari proses kreatifnya, penulis adalah tukang cerita yang mampu menciptakan dunia-dunia baru dan menghidupkan karakter-karakter dalam imajinasi pembaca.

Proses ini bukan sesuatu yang mudah; ia membutuhkan ketekunan, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis.

Penulis harus memiliki daya tarik dalam tulisan mereka, menggugah emosi, dan menggiring pembaca melalui liku-liku cerita dengan kemahiran berbahasa.

Setiap penulis punya gaya bahasanya masing-masing yang mengenalkan karakter tulisan mereka sehingga menjadi ingatan kolektif pembacanya, bahkan hingga si penulis telah tiada.

Namun begitu, menulis bukan akhir dari karier. Sebuah karya tidak akan pernah mencapai kesuksesan jika hanya terperangkap di dalam lemari atau tersimpan di bilik perpustakaan digital. Seorang penulis juga harus memiliki keterampilan dalam memasarkan karyanya. Mereka harus mampu menjual buku-buku mereka kepada pembaca potensial dengan cara menarik, baik melalui media sosial, promosi melalui kegiatan literasi, atau kolaborasi dengan toko buku lokal maupun dengan jaringan distributor lainnya.

Membangun branding bagi penulis penting, apalagi di era disrupsi digital hari ini. Menciptakan merek pribadi sebagai penulis (pemula) merupakan hal yang tak boleh diabaikan jika ingin bertahan di dunia kepenulisan.

Branding yang kuat tidak hanya menciptakan penggemar setia, tetapi juga membuka pintu-pintu untuk peluang-peluang baru. Ini melibatkan konsistensi dalam penulisan, interaksi dengan pembaca, dan membangun hubungan yang erat dengan komunitas-komunitas kepenulisan.

Seiring berjalannya waktu, personal branding sebagai penulis tersebut menjadi modal berharga yang membantu dirinya dalam mempromosikan dan menjual karyanya, baik di media sosial maupun di dunia nyata.

Pepatah bijak mengatakan, tidak ada kesuksesan dicapai tanpa rintangan. Di jalan bertabur onak dan duri. Halangannya tidak sedikit.

Bagi seorang penulis, kegagalan dan keberhasilan adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup mereka. Setiap kali sebuah buku tidak terjual seperti yang diharapkan, atau sebuah ide cerita tidak berkembang seperti yang diinginkan, itu adalah kesempatan untuk belajar dan belajar lagi.

Penulis (pemula) harus bersikap fleksibel dan terbuka terhadap umpan balik, serta terus mengasah keterampilan mereka dalam menulis, memasarkan, dan menjual karyanya dengan cara apa pun sepanjang jalan-jalan itu dibenarkan.

Seorang penulis sukses tidak hanya fokus pada penciptaan karya mereka sendiri, tetapi juga terlibat dalam komunitas menulis yang lebih luas. Mereka membangun jaringan, relasi, berbagi pengetahuan, dan memberikan dukungan kepada sesama penulis (pemula).

Melalui partisipasi dalam klub buku, festival sastra, atau forum online, mereka memperluas basis penggemar dan mendapatkan wawasan yang berharga tentang perkembangan dunia literasi terkini.

Di era digital yang terus berkembang, penulis (pemula) harus menjadi ahli dalam memanfaatkan teknologi untuk mempromosikan karya mereka. Mereka harus memahami perilaku konsumen online, menggunakan media sosial, blog, dan situs web untuk membangun branding yang kuat.

Mengikuti tren pemasaran konten, kolaborasi dengan influencer, atau menciptakan kampanye pemasaran kreatif adalah beberapa strategi yang dapat membantu mencapai khalayak yang lebih luas.

Artinya, seorang penulis (pemula) jangan buta pada internet dan tidak abai pada kekuatan dahsyat media sosial. Hari ini, ruang bermain semua orang di media sosial. Dengan begitu, media sosial menjadi lahan pasar yang menggiurkan jika tahu kiat berjualannya.

Selain dari royalti buku, penulis dapat memperluas sumber pendapatan mereka melalui berbagai cara kreatif. Ini bisa meliputi menyelenggarakan lokakarya menulis, menjadi konsultan penulisan, atau menulis konten untuk perusahaan atau media online, dan berbagai lapangan pekerjaan lain terbuka dengan keahlian menulis mereka.

Mengoptimalkan berbagai sumber pendapatan ini, penulis (pemula) dapat meningkatkan stabilitas finansial dan mengurangi ketergantungan pada penjualan buku semata.

Kalau buku tidak dicetak banyak dan tidak best seller, tidak dipasarkan secara luas, sudah pasti royalti yang akan diterima penulis sangat kecil, apalagi jika antara penerbit dan penulis tidak membangun kerja sama dalam upaya mempromosikan buku itu melalui berbagai kegiatan. Lambat laun buku yang terbit itu pun karam dilumat zaman. Menumpuk di toko buku, atau bertahan di gudang.

Maka, perlu cara-cara kreatif agar si penulis tetap bertahan di dunia tulis-menulis dan tidak semata mengandalkan pendapatan finansialnya hanya dari royalti buku.

Industri penerbitan terus berubah dan berkembang, oleh karena itu, penulis (pemula) perlu terus belajar dan mengikuti perkembangan terbaru.

Menghadiri seminar, mengikuti kursus online, atau bergabung dengan kelompok penulis profesional adalah cara-cara untuk mengasah keterampilan dan memperluas pengetahuan dalam bidang penulisan dan pemasaran.

Dari semua itu, satu hal yang tidak kalah penting, seorang penulis harus menghargai diri mereka sendiri dan pekerjaan yang mereka lakukan. Meskipun perjalanan menuju kesuksesan mungkin penuh dengan tantangan, kegagalan, dan kerja keras, setiap pencapaian kecil harus dirayakan, walau dengan duduk di kafe dan memesan segelas kopi atau teh telur.

Mengenali nilai dari pekerjaan kreatif mereka, baik secara finansial maupun emosional, adalah kunci untuk menjaga semangat dan keberlanjutan dalam karier menulis.

Sebagai seorang penulis (pemula), perjalanan menuju kesuksesan dan sejahtera dalam arti bebas finansial tidaklah mudah. Ia membutuhkan lebih dari sekadar bakat dalam menulis; melibatkan dedikasi, keterampilan multidimensi, dan kesiapan untuk terus belajar dan beradaptasi.

Di ranah marketing, bukan selalu yang kuat yang unggul dan bertahan, tetapi yang mau terus belajar menyikapi perubahan zaman, pun di dunia tulis-menulis yang terus berkembang. (*)

Untuk keterbacaan teks dan tampilan website majalahelipsis.com yang lebih baik, sila unduh aplikasi majalah elipsis di Google Play atau APP Store, tanpa memerlukan login. Kirim naskah ke majalah digital elipsis (ISSN 2797-2135) via email: majalahelipsis@gmail.com. Dapatkan bundel digital majalah elipsis (format PDF 100 halaman) dengan menghubungi redaksi di nomor WhatsApp 0856-3029-582. Ikuti laman media sosial Majalah Elipsis (Facebook) atau @majalahelipsis.

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Download versi aplikasi untuk kenyamanan membaca