Jadi Penulis Harus “Tahan Banting” (3)

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp
Share on telegram

Oleh Muhammad Subhan

PENULIS hebat adalah pembaca hebat. Tidak heran jika penulis di rumahnya banyak buku, karena mereka pembaca buku selain menulis buku. Kunjungi saja rumah-rumah penulis, pasti panorama yang terlihat pertama adalah buku. Buku-buku itu mengundang ketertarikan untuk diraih, dibuka, dan dibaca.

Penulis (pemula) harus menanamkan komitmen dirinya pada kesukaan membaca. Baca apa saja, terutama buku fisik maupun buku digital. Buku fisik masih tetap asyik. Selama toko buku masih ada dan perpustakaan juga masih ada, belilah buku atau pinjamlah buku untuk dibaca, sebanyak-banyaknya. Minimal sepekan tuntas satu buku bacaan, atau sebulan bisa 4—5 judul buku dikhatamkan. Kalau ini dilakukan sungguh-sungguh, hasilnya akan dahsyat sekali.

Selain itu, buatlah pojok baca di rumah. Jadikan sebagai perpustakaan pribadi. Buku yang dibeli bisa dijadikan koleksi perpustakaan itu. Kalau sedang suntuk menulis, tinggal mendatangi perpustakaan, mengambil buku dan membacanya. Mengatur ruangan semenarik mungkin bisa menciptakan rasa nyaman layaknya berada di perpustakaan sesungguhnya.

Selain membaca buku seorang penulis (pemula) juga harus update pada informasi-informasi terbaru. Jangan sungkan melihat perkembangan dunia melalui berita-berita di media massa yang tak jarang oleh media bersangkutan dibagikan pula di akun-akun medsos mereka. Membaca surat kabar meski sudah semakin sulit ditemukan juga tetap asyik. Setidaknya membuka situs-situs online dari surat kabar bersangkutan.

Di media sosial jangan terpancing pada judul-judul berita yang bukan berasal dari akun-akaun resmi medianya. Hoaks sekarang banyak sekali. Kalau tidak hati-hati si penulis (pemula) berpotensi menjadi penyebar (hoaks) pula karena membaca informasi salah. Melek digital penting. Penulis harus literat. Boleh saja berita-berita hoaks itu dijadikan inspirasi, tetapi periksa kebenaran fakta dan datanya. Sebuah tulisan harus kaya data dan kuat fakta agar nanti tulisan itu bermanfaat, tidak malah menjadi bahan finah atau mengadu domba. Itu berbahaya karena akan merusak banyak hal, termasuk merusak mental si penulis (pemula).

Kenapa penting membaca berita di media massa?

Tentu banyak peristiwa terjadi di sekitar kita, maupun di negara-negara lain. Peristiwa itu bisa dipungut menjadi gagasan untuk tulisan yang akan dibuat. Agar tulisan “berdaging” tentu tidak cukup membaca satu berita, lakukan rujukan ke sumber-sumber berita lain terkait yang dapat menguatkan tulisan. Ini namanya riset. Penulis (pemula) harus sebanyak mungkin melakukan riset sehingga informasi yang dibagikan dalam tulisannya akurat dan berpotensi menjadi rujukan bagi orang lain. Usahakan membongkar semua berita media massa, baik tercetak maupun online. Selain berita juga bisa mengambil rujukan di buku, majalah, jurnal, ataupun dapat melakukan wawancara kepada narasumber terkait untuk menambah informasi lainnya.

Iqra’, bacalah. Ini ayat pertama yang diturunkan Tuhan sebagai wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. Perintah membaca langsung dari Tuhan. Kalau Tuhan sudah memerintah tak ada alasan menolak. Sudah menjadi kewajiban. Makna wajib harus dikerjakan. Dikerjakan mendapat pahala, ditinggalkan berdosa. Ya, harus seekstrem itu agar umat-Nya cerdas, literat, tidak kolot, tidak tertinggal pengetahuan dan informasi. Dengan membaca manusia akan tahu apa yang harus mereka lakukan dalam kehidupan. Bukan saja membaca yang tersurat, tetapi juga tersirat, atau bahkan yang tersuruk sekalipun.

Bagi seorang penulis membaca ini ibarat dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan, saling butuh satu sama lain. Penulis yang banyak membaca tulisannya akan kaya informasi, data, dan fakta, bukan sekadar khayalan belaka. Kalau tulisannya “bergizi” yang baca pun akan ikut senang karena mendapat sesuatu yang berguna untuk ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup mereka. Dari sisi kebermanfaatan, tulisan-tulisan berbobot memiliki nilai manfaat luas dan tentu kalau dibawa ke doktrin agama ada nilai ibadah bagi sesuatu yang dibaca dan orang lain dapat memungut hikmah atau pelajaran di dalamnya.

Jadi, jangan pernah sungkan membaca buku, membaca berita di media massa, di media sosial, dan lainnya yang dapat memberikan wawasan kepada penulis. Dalam kaitan penulis pemula, tentu kewajiban membaca ini harus senantiasa dikuatkan, menjadi bekal harian, dan harus dibuat target khusus sehingga banyak buku tuntas dibaca lalu endingnya dapat dibawa ke meja tulis untuk dialirkan pengetahuannya ke dalam tulisan-tulisan baru. Keluarannya bisa menjadi puisi, cerpen, novel, esai, atau tulisan lainnya. (*)

Untuk keterbacaan teks dan tampilan website majalahelipsis.com yang lebih baik, sila unduh aplikasi majalah elipsis di Google Play atau APP Store, tanpa memerlukan login. Kirim naskah ke majalah digital elipsis (ISSN 2797-2135) via email: majalahelipsis@gmail.com. Dapatkan bundel digital majalah elipsis (format PDF 100 halaman) dengan menghubungi redaksi di nomor WhatsApp 0856-3029-582. Ikuti laman media sosial Majalah Elipsis (Facebook) atau @majalahelipsis.

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Download versi aplikasi untuk kenyamanan membaca