Selamat Jalan, Mas Jokpin

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp
Share on telegram

YOGYAKARTA, majalahelipsis.com—Kabar duka menyelimuti langit Indonesia. Penyair ternama asal Yogyakarta Joko Pinurbo atau akrab disapa Jokpin berpulang, Sabtu (27/4/2024), karena menderita sakit.

Jenazah almarhum Jokpin disemayamkan di Perkumpulan Urusan Kematian Yogyakarta (PUKY) dan dimakamkan pada Ahad (28/4/2024), di Sleman.

Kabar duka itu bertebaran di media sosial, khususnya di grup-grup sastra maupun di Facebook, Twitter, Instagram, dan lainnya. Sejumlah penyair yang merupakan sahabat-sahabat Jokpin menyampaikan turut berduka cita atas kepergian penyair yang ramah dan santun itu.

Sebagai penyair, Jokpin memiliki kepekaan luar biasa dalam merangkai kata-kata menjadi puisi-puisi yang memikat pembaca. Ia lahir pada 11 September 1962 di Kota Gudeg, Yogyakarta. Jokpin tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan tradisi sastra dan budaya.

Sejak kecil, minatnya terhadap sastra telah tampak, dan hal itu menjadi landasan penting dalam perjalanan kariernya sebagai seorang penyair.

Joko Pinurbo lahir dan besar di tengah-tengah budaya Jawa yang kaya akan nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal. Pendidikan formalnya diawali dengan pendidikan dasar hingga perguruan tinggi di kota kelahirannya, Yogyakarta.

Setelah menyelesaikan pendidikan tingginya, ia terjun ke dunia sastra dengan penuh semangat.

Karya-karya Joko Pinurbo mencerminkan kepekaannya terhadap kehidupan sehari-hari dan nilai-nilai kemanusiaan. Salah satu karya terkenalnya, seperti “Sedangkan Kita yang Tersesat Berjalan Terus,” menjadi cerminan dari kegelisahan manusia akan arah hidup dan takdir.

Ia menggunakan bahasa yang sederhana namun sarat makna, membuat puisi-puisinya mudah dipahami namun tetap dalam. Melalui karya-karyanya, ia mampu mengajak pembaca untuk merenungkan kehidupan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Karya-karya Joko Pinurbo telah mendapatkan berbagai penghargaan dan pujian dari berbagai kalangan. Di antara penghargaan itu S.E.A. Write Award dari Kerajaan Thailand. Selain itu, ia menerima penghargaan Khatulistiwa Literary Award, dan banyak lainnya.

Kehadiran Joko Pinurbo dalam dunia sastra Indonesia memberikan warna baru. Gaya penulisannya yang khas dan unik telah mempengaruhi banyak penyair muda untuk mengeksplorasi kedalaman makna dalam karya sastra mereka.

Melalui karyanya, ia tidak hanya menyampaikan pesan-pesan kehidupan, tetapi juga mewariskan kebijaksanaan dan kepekaan terhadap kehidupan manusia kepada generasi penerus.

Selamat jalan, Mas Jokpin. Kami berduka dan sangat kehilangan. Puisi-puisimu akan abadi sepanjang masa. (FATATIK MAULIDIYAH | MAJALAH ELIPSIS)

Foto utama: Tim Redaksi Majalah elipsis Muhammad Subhan bersama penyair Joko Pinurbo di sela-sela Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) 2017 di Ubud, Bali. (Foto: Dok. Majalah elipsis)

Untuk keterbacaan teks dan tampilan website majalahelipsis.com yang lebih baik, sila unduh aplikasi majalah elipsis di Google Play atau APP Store, tanpa memerlukan login. Kirim naskah ke majalah digital elipsis (ISSN 2797-2135) via email: majalahelipsis@gmail.com. Dapatkan bundel digital majalah elipsis (format PDF 100 halaman) dengan menghubungi redaksi di nomor WhatsApp 0856-3029-582. Ikuti laman media sosial Majalah Elipsis (Facebook) atau @majalahelipsis.

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Download versi aplikasi untuk kenyamanan membaca