PADANG PANJANG, majalahelipsis.com—Era digital sebuah keniscayaan yang hadir di depan mata dan tak boleh diabaikan begitu saja. Media kampus harus mampu menyesuaikan diri agar tak tertinggal dari media-media lainnya yang lebih dulu masuk ke ranah digital.
Demikian dikatakan Muhammad Subhan, penulis dan Dewan Redaksi Majalah Digital elipsis saat diundang tampil sebagai narasumber pembuatan majalah digital yang digelar UKM Pers Pituluik Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, Rabu (4/9/2024), di Lantai III Gedung Rektorat ISI Padang Panjang.
“Banyak media cetak gulung tikar, pun media kampus yang sebelumnya didominasi cetakan kini terimbas digitalisasi. Kalau tidak menyesuaikan diri, akan tertinggal,” ujar Muhammad Subhan yang juga mantan wartawan sejumlah surat kabar mingguan dan harian di Kota Padang sepanjang tahun 2000—2015.
Dia menyinggung produksi dan distribusi media cetak membutuhkan biaya besar. Sebelum era digital marak, media-media cetak masih mendominasi dan berada di puncak. Iklan masuk banyak dan menguntungkan pemilik perusahaan pers.
“Tapi kini penginklan lebih memilih media digital maupun media sosial karena jangkauan siarnya lebih luas dan lebih banyak dilihat audiens,” katanya.
Dia menyambut baik lembaga Pers Mahasiswa Pituluik yang berencana membuat majalah digital. Dia mencontohkan majalah digital elipsis yang dipimpinnya kini telah masuk ke tahun ke empat dan tetap eksis. Dia juga memberi contoh beberapa media konvensional lainnya.
Pada kesempatan itu, Muhammad Subhan membagikan kiat bagaimana manajemen sebuah media massa sekaligus teknik me-layout majalah digital.
“Prinsipnya majalah digital sama seperti me-layout majalah versi cetak, tapi ini versi digitalnya. Tata letak mirip majalah cetak tapi didistribusikan secara digital dengan memanfaatkan internet. Kalau nanti mau dicetak, tinggal bawa ke percetakan,” kata penulis novel Rumah di Tengah Sawah yang diterbitkan Balai Pustaka itu.
Pendiri dan Pembina UKM Pers Pituluik yang juga menjadi narasumber, Dr. Sulaiman Juned, M.Sn., mengatakan, pelatihan itu jauh hari sudah direncanakan dengan matang.
“Mudah-mudahan setelah pelatihan ini lahir majalah digital yang dikelola dengan baik sehingga kerja-kerja jurnalistik dapat dipraktikkan dan disiarkan secara luas,” ujar Sulaiman Juned yang juga mantan wartawan dan pendiri Komunitas Seni Kuflet Padang Panjang.
Kabiro Akademik dan Kemahasiswaan ISI Padang Panjang, Harben Sani, S.PT., M.P., yang membuka kegiatan itu memberikan apresiasi kepada UKM Pers Pituluik yang menggagas pelatihan tersebut sehingga mahasiswa memiliki pemahaman bagaimana kerja redaksi sebuah media massa.
“Tahun lalu saya juga menghadiri pelatihan serupa yang digelar UKM Pers. Kegiatan ini sangat penting. Memang, orang cerdas salah satu tandanya mereka menulis,” ujar Harben Sani.
Pimpinan Umum Pituluik, Friti Shinta, mengatakan, pelatihan itu diikuti 56 calon anggota yang berpeluang direkrut menjadi jurnalis Pituluik.
“Kedua narasumber menguatkan kami dengan materi manajemen media massa, me-layout majalah digital, dan teknik dasar penulisan berita,” papar Friti.
Sementara salah seorang peserta, Muhammad Daffadin, mengungkapkan kegembiraannya dapat mengikuti pelatihan itu sehingga ia memiliki bekal ilmu jurnalistik.
“Saya ingin memperluas wawasan saya di bidang pers dan ingin melanjutkan kegiatan saya di sekolah dulu yang juga aktif sebagai jurnalis,” tambahnya. (aan/suci/elipsis)
Untuk keterbacaan teks dan tampilan website majalahelipsis.com yang lebih baik, sila unduh aplikasi majalah elipsis di Google Play atau APP Store, tanpa memerlukan login. Kirim naskah ke majalah digital elipsis (ISSN 2797-2135) via email: majalahelipsis@gmail.com. Dapatkan bundel digital majalah elipsis (format PDF 100 halaman) dengan menghubungi redaksi di nomor WhatsApp 0856-3029-582. Ikuti laman media sosial Majalah Elipsis (Facebook) atau @majalahelipsis.