Pentingnya Komunikasi Orang Tua dan Anak

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp
Share on telegram

Oleh S. Hasanah Nst.

HUBUNGAN orang tua dan anak merupakan hubungan yang tidak akan pernah terputus bahkan sampai akhir hayat. Semua orang mengetahui bahwa tidak ada namanya mantan anak atau mantan orang tua. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua dan anak akan selalu terikat sebagai sebuah darah. Meski anak itu dibuang, atau anak melarikan diri dari rumah. Anak dan orang tua sampai kapan pun tetap berhubungan darah.

Menjadi orang tua itu tidak mudah, menjadi anak juga tidak mudah. Semua menginginkan hal yang terbaik, punya nafsu dan keegoisan untuk memenuhi keinginan masing-masing yang belum tentu baik untuk kedua belah pihak. Menjadi seorang ayah dan ibu itu adalah pilihan, maka jangan memilih untuk menjadi orang tua kalau belum tahu bagaimana menjadi orang tua, bagaimana tanggung jawab orang tua, bagaimana membangun keluarga, bagaimana mendidik anak, dan bagaimana job description orang tua yang sesungguhnya.

Namun, menjadi anak bukan sebuah pilihan, anak dilahirkan berkat perbuatan (keinginan atau tidak) orang tua itu sendiri. Akan tetapi, saat seorang anak telah dilahirkan, orang tua harus bertanggung jawab penuh atas lahir dan batinnya. Memenuhi semua kebutuhan dan harapan anak.

Kebahagiaan anak bukan hanya perihal uang atau harta. Kebahagiaan bukan hanya memenuhi semua keinginannya. Kewajiban orang tua jauh lebih besar dari itu. Sebenarnya keterbukaan (komunikasi) antara orang tua dan anak adalah tonggak utama yang terbaik untuk sebuah hubungan. Keadaan ini yang menuntut seorang ayah dan ibu harus cerdas dan berpendidikan. Karena diperlukan public speaking yang baik untuk menjalin komunikasi yang lancar antara orang tua dan anak. Kontrol emosi yang baik juga akan membuat hubungan lebih harmonis dan erat.

Penulis bukan seorang dokter, pendidik, dan bukan pula seorang yang paham psikologi. Penulis hanya seorang anak yang menginginkan hubungan harmonis sebuah keluarga. Penulis tidak ingin ada kata “gagal menjadi orang tua”. Penulis tidak ingin ada pihak yang disalahkan sebab keteledoran dalam menjalin hubungan. Pernikahan itu suatu hal yang besar. Ingat menjadi orang tua bukan cuma modal uang dan cinta-cintaan. Benar-benar dibutuhkan tanggung jawab untuk sepuluh ribu kehidupan selanjutnya karena keputusan Anda hari ini menentukan kepribadian keturunan anak-anak Anda.

Beberapa anak yang gagal dalam kontrol emosi, penyebabnya adalah kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak. Anak yang gagal dalam pendidikan dan pilihan gaya hidup juga penyebab dari kurangnya komunikasi dari orang tua dan anak. Masih banyak lagi kegagalan yang terjadi karena kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak. Begitulah pentingnya komunikasi antara orang tua dan anak.

Dilansir alodokter.com yang ditulis oleh dr. Meva Nareza, enam akibat yang ditimbulkan karena emosional yang tidak erat antara orang tua dan anak, yakni krisis kepercayaan, gangguan mental, tidak terjalin emotional bonding antara anak dengan orang tua, gangguan perilaku, sulit untuk menjalin hubungan, dan perkembangan kognitif tidak optimal.

Anak yang kurang mendapat apresiasi atas apa yang ia raih atau tidak mengetahui kemampuan dan pencapaiannya menyebabkan anak merasa tidak diakui, tidak dicintai, dan tidak diperhatikan. Hal ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri atau minder saat ingin melakukan sesuatu, khususnya di depan orang banyak. Ini yang disebut dengan krisis kepercayaan, seorang anak tidak percaya dengan dirinya sendiri atas segala kemampuannya.

Kurangnya komunikasi antara anak dan orang tua juga menyebabkan kadar serotonin yang lebih rendah. Hormon serotonin ini adalah hormon yang dibutuhkan seseorang untuk memperbaiki suasana hati. Jika hormon ini rendah maka seseorang akan lebih mudah marah dan tertekan karena hormon kortisolnya cenderung meningkat. Ini yang sangat berbahaya dari akibat kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak. Hal ini dapat menyebabkan anak berisiko mengalami gangguan mental seperti stres, gangguan kecemasan, hingga depresi. Anak yang kurang mampu mengontrol emosi akan membuatnya meledak ketika menghadapi masalah seperti putus asa, marah dengan tingkat yang tidak wajar atau menyakiti diri sendiri. Bahkan dapat menyebabkan bunuh diri ketika anak tidak mampu menghadapi masalah, tidak memiliki tempat cerita, merasa tidak dilindungi, dan tidak dapat mengontrol emosi. Jangan sampai hal ini terjadi pada anak-anak kita, ya.

Perhatian orang tua tidak cukup hanya dengan menemani bermain dan belajar. Diperlukan komunikasi yang baik dan kontrol emosi orang tua untuk mempererat emotional bonding antara anak dan orang tua. Emotional bonding ini sangat perlu untuk perkembangan emosional, sosial, dan kognitif anak. Jika ini tidak ada, hubungan anak dan orang tua menjadi renggang. Anak dapat mengalami kesulitan dalam mencurahkan isi hatinya atau menceritakan kejadian sehari-harinya. Jika seorang anak mengalami masalah dalam kehidupannya ia akan merasa takut untuk bercerita dan meminta perlindungan orang tuanya. Seperti ketika anak mendapatkan kekerasan seksual atau bullying oleh teman-temannya. Ketika anak mengalami hal ini, diperlukan keberanian yang ekstra untuk bercerita. Jadi, memang sangat dibutuhkan emotional bonding agar orang tua dapat melindungi anaknya.

Kurangnya komunikasi anak dan orang tua juga menyebabkan gangguan perilaku anak, seperti mencuri, membuat onar, dan melakukan tindakan bullying. Hal ini dilakukan anak untuk mencari dan mendapatkan perhatian orang tua. Jika hal ini terjadi, menjadi orang tua akan lebih berat. Harus mengontrol emosi karena jika orang tua memarahi anak dengan keterlaluan akan menyebabkan anak sakit hati. Maka ia akan melakukan hal yang lebih parah dari apa yang telah ia lakukan untuk membalas dendam atas sakit hatinya. Jika orang tua tidak mengambil tindakan, anak merasa diabaikan dan menjadi besar kepala, ia akan melakukan hal yang semena-mena karena tidak ada satu orang pun yang ia takuti. Jadi, cobalah untuk melakukan komunikasi yang baik, memberi tahu dan memberi pelajaran yang tidak terlalu menyakitkan. Anak tetap dapat dididik dengan baik dan tidak mengulangi perilaku buruknya.

Kelancaran hubungan ayah dan ibu tidak mungkin tanpa konflik. Pasti ada konflik atau bahkan berujung pada perceraian. Jika bukan karena konflik, mungkin karena salah satu pihak telah lebih dulu pergi atau meninggal dunia. Hal ini merupakan neraka bagi seorang anak. Anak yang mengalami ini sangat perlu untuk dipeluk atau dilindungi. Mereka merupakan anak yang sangat memerlukan perlindungan dan komunikasi yang lancar untuk memperbaiki suasana hatinya atau kepribadiannya. Anak yang mengalami kejadian ini biasanya akan menjadi orang yang sulit untuk menjalani hubungan, misalnya hubungan pertemanan, jika anak tidak mau membuka diri. Ia juga akan sulit menjalani hubungan dengan pasangannya di kemudian hari. Tentu ini akan menjadi masalah besar dalam kehidupannya ke depan.

Kasih sayang dan perhatian orang tua itu membantu perkembangan kognitif anak. Anak yang penuh sentuhan, kasih sayang, pelukan, bahkan sedikit pujian akan membuat ia bersemangat untuk menggapai cita-citanya. Hal itu juga mampu meningkatkan intelektualnya, mengatur emosional, dan menjalin hubungan baik sesama teman dan rekan kerjanya.

Dampak kurangnya komunikasi orang tua dan anak jangan dianggap sepele, ya. Hal ini dapat memengaruhi kehidupan nanti.

Sangat berbahaya jika anak dan orang tua tidak menjalin komunikasi yang baik. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki hubungan anak dan orang tua. Bagi yang belum memiliki anak atau yang akan memiliki anak, dapat mempelajari tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua.

Ingat, kebahagiaan itu bukan sebatas uang dan asal cinta saja, tetapi dibutuhkan komunikasi yang baik dan perhatian yang cukup. Kontrol emosi setiap menghadapi masalah dengan anak. Bukan berarti tidak boleh keras, keras kepada anak juga sangat diperlukan agar anak tetap menghargai orang tua dan mematuhi omongan orang tua. Namun, jangan terlalu keras karena dapat menyebabkan sakit hati dan dendam, bahkan dapat menyebabkan penanaman bom waktu yang mampu meledak sewaktu-waktu dan itu akan menjadi jauh lebih berbahaya.

Menjadi orang tua itu sulit, tetapi menjadi anak juga tidak mudah. Anak merupakan dampak paling besar dari segala sesuatu yang dihadapi orang tua. Anak tidak memiliki banyak pilihan. Kebanyakan dari kehidupan anak merupakan dampak dari perilaku dan pilihan hidup orang tuanya. Anak tidak ditakdirkan untuk memilih orang tua seperti apa yang ia inginkan, tetapi orang tua dapat menciptakan anak seperti apa yang ia harapkan. Menjadi anak bukan sebuah pilihan, jadi anak dipaksa untuk menjadi anak. Menjadi orang tua adalah pilihan, maka jadilah orang tua yang benar-benar mampu bertanggung jawab dengan segala kebutuhan dan masalah anaknya. (*)

S. Hasanah Nst., lahir pada 27 april 1999. Ia pegiat Komunitas Seni Kuflet yang berzodiak Taurus. Aktif berliterasi di Kota Padang Panjang. Seorang traveller yang menikmati alam di mana saja.

Sumber: Majalah digital elipsis edisi 009, Februari—Maret 2022

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Download versi aplikasi untuk kenyamanan membaca