Kritikus Juru Bicara Bagi Sebuah Pertunjukan Teater

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp
Share on telegram

Oleh Sulaiman Juned

KRITIK merupakan studi yang menyelidiki karya melalui analisis, interpretasi, melakukan penilaian, kemudian memberi komentar.

Awalnya kritik berasal dari bahasa Yunani yakni Krit’es yang berarti seorang hakim. Selanjutnya dimaknai Krinein (menghakimi). Atas dasar itu, kritikus teater merupakan pelaku yang menyoroti dan menginterpretasikan teks-teks pertunjukan teater secara baik maupun buruk.

Dewasa ini terasa benar ketiadaan pelaku kritikus teater. Kritikus sesungguhnya menjadi jembatan antara penonton dengan kreator (aktor—penata artistik—sutradara). Bila kritikus tak ada karya teater seperti tertutup sehingga menjadi ada sesuatu yang tak terjawab oleh penonton.

Kritikus dua hari atau sepekan sebelum pertunjukan teater telah mempublikasikan tulisannya. Kritikus menyampaikan pemikirannya lewat media tentang pertunjukan yang akan digelar agar penonton awam masuk ke gedung telah memiliki pemahaman terhadap pertunjukan tersebut. Walau penonton pun juga menilai pertunjukan tersebut melalui kecerdasannya, tetapi kritikuslah yang pertama sekali menganalisa teks pertunjukan dan menilai tawaran konsep artististik dari sang sutradara atau dramatug.

Kritikus memakai pisau dramaturgi (ajaran tentang masalah hukum, dan konvensi drama, serta teater) untuk membaca teks pertunjukan. Kritikus harus mampu membuat penonton menghargai pertunjukan teater ditontonnya.

Berdasarkan itulah kritikus penting posisinya bagi sebuah pertunjukan. Posisinya tidak hanya pemberi nilai baik dan baik lebih dari itu, kritikus dapat menjadi juru bicara pertunjukan teater.

Sementara itu, kritikus tak cukup pula hanya memahami teori untuk membedah, menilai sebuah pertunjukan teater. Tentu dalam menyingkapi konsep sutradara yang tersirat. Kritikus tidak cukup membaca konsep teoritis saja, tetapi harus menyaksikan proses kreatif penyutradaraan seorang sutradara.

Sesungguhnya kritikus dapat mencatat seluruh proses kreatif dan pertunjukan teater di mana pun dan kapan pun secara tidak langsung terpublikasikan pertunjukannya. Hal ini tentu membuat para pencipta dapat mengukur perihal karyanya yang telah menjadi milik masyarakat itu tergolong berhasil atau bermanfaatkah buat penonton.

Kritikus juga dapat membina dengan jalan membimbing lewat kritik edukatif kepada sutradara maupun aktor serta seluruh tim aristik pertunjukan teater. Hal ini tentu akan bermunculan aktor-aktor ataupun sutradara muda melalui masukan yang diberikan kritikus, sehingga aktor dan sutradara mengerti dan paham kekurangannya untuk diperbaikinya.

Begitu juga dengan tim artistik yang sering ditemui tidak ada keseimbangan pertunjukan teater sebagai kerja kolektif. Tugas kritikus untuk menegur agar terjadi komunikasi yang baik antara sutradara, aktor, dan tim artistik serta penonton.

Kritikus setiap saat perlu mengasah ketajaman rasa, penglihatan, dan musikalitas ketika terjadi proses latihan sutradara bersama aktor-musik-setting-cahaya maupun ketika reading (baca naskah).

Seorang kritikus teater, selayaknya berangkat dari seorang aktor, sutradara, dan bahkan tim artistik agar mengetahui bagaimana sulitnya mempersiapkan pertunjukan teater. Rumitnya membangun relasi antara aktor dan artistik. Jika kritikus yang seperti ini lahir, maka terciptalah kritik yang berkualitas dan menjadi medium pembelajaran bagi aktor-tim artistik-sutradara, sekaligus teater modern di Indonesia akan maju pesat.

Kita nantikan kritikus teater bermunculan di negeri ini. Bravo! (*)

Sulaiman Juned
Sastrawan, kolumnis, esais, sutradara teater, ketua pendirian ISBI Aceh, pendiri Sanggar Cempala Karya Banda Aceh, pendiri UKM-Teater NOL USK, pendiri/penasihat Komunitas Seni Kuflet Padang Panjang, dosen Jurusan Seni Teater dan Pascasarjana (S-2) ISI Padang Panjang, Ketua Umum Majelis Adat Aceh (MAA) Perwakilan Sumatra Barat.

Sumber: Majalah elipsis edisi 034, Tahun III, Maret-April 2024

Untuk keterbacaan teks dan tampilan website majalahelipsis.com yang lebih baik, sila unduh aplikasi majalah elipsis di Google Play atau APP Store, tanpa memerlukan login. Kirim naskah ke majalah digital elipsis (ISSN 2797-2135) via email: majalahelipsis@gmail.com. Dapatkan bundel digital majalah elipsis (format PDF 100 halaman) dengan menghubungi redaksi di nomor WhatsApp 0856-3029-582. Ikuti laman media sosial Majalah Elipsis (Facebook) atau @majalahelipsis.

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Download versi aplikasi untuk kenyamanan membaca