Oleh Rissa Churria S.Ag., S.Pd., M.Pd.
SASTRA anak bukan sekadar bacaan ringan yang menghibur. Sastra anak juga memiliki peran penting dalam pembentukan karakter dan penghalusan budi pekerti.
Melalui cerita, puisi, dan dongeng, anak-anak diajak berpetualang dalam dunia imajinasi yang kaya akan nilai-nilai moral, sosial, dan emosional. Pembelajaran sastra sejak dini menjadi fondasi penting dalam membentuk pribadi yang bijak, empatik, dan memiliki pandangan yang luas terhadap kehidupan.
Pentingnya Sastra dalam Pembentukan Karakter
Membaca karya sastra sejak usia dini membantu anak mengenal berbagai situasi dan karakter yang mungkin belum pernah mereka alami secara langsung. Misalnya, cerita tentang persahabatan, kejujuran, atau keberanian, memberikan anak-anak contoh nyata tentang bagaimana seharusnya bersikap dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak diajak untuk memahami perasaan dan pemikiran orang lain. Sehingga pada gilirannya akan membentuk rasa empati dan kepedulian terhadap sesama.
Sastra juga mengajarkan tentang kompleksitas kehidupan dan pentingnya mengambil keputusan dengan bijak. Lewat konflik dan solusi yang dihadirkan dalam cerita, anak-anak belajar bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi dan kompleksitas yang berbeda-beda. Hal tersebut penting agar anak dapat mempertimbangkan berbagai sudut pandang sebelum bertindak.
Sastra Sebagai Sarana Pembelajaran Emosional
Selain pembentukan karakter, sastra anak juga berperan penting dalam pengembangan kecerdasan emosional. Anak-anak diajak untuk mengenali dan memahami berbagai emosi yang mungkin mereka alami atau yang dialami oleh karakter dalam cerita-cerita yang mereka baca.
Pengalaman membaca yang melibatkan emosional ini membantu anak-anak untuk mengelola perasaan mereka sendiri, serta menumbuhkan kemampuan untuk bersikap sabar, pemaaf, dan rendah hati.
Memupuk Kebiasaan Membaca Sejak Dini
Menanamkan kebiasaan membaca sejak dini adalah investasi jangka panjang bagi perkembangan intelektual dan moral anak. Orang tua dan pendidik berperan penting dalam mengenalkan sastra kepada anak-anak.
Mulai dari membacakan cerita sebelum tidur, hingga menyediakan akses ke buku-buku sastra berkualitas, semua ini adalah langkah-langkah kecil namun berdampak besar.
Kehadiran perpustakaan, toko buku, dan festival sastra anak juga menjadi faktor pendukung yang memperkaya dunia literasi anak. Partisipasi aktif dalam kegiatan literasi, seperti lomba membaca atau diskusi buku, akan semakin menguatkan kecintaan anak terhadap sastra.
Dampak Jangka Panjang Sastra pada Budi Pekerti
Anak-anak yang tumbuh dengan paparan sastra yang kaya cenderung memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Mereka belajar untuk tidak hanya melihat dunia dari satu sudut pandang, tetapi juga menghargai keragaman dan perbedaan.
Hal ini, pada gilirannya, akan tercermin dalam sikap dan perilaku mereka yang penuh toleransi, hormat, dan kebaikan.
Mengajarkan sastra sejak dini bukan hanya tentang mengasah kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga tentang membentuk generasi yang halus budi pekerti dan bijaksana dalam bertindak. Dengan membiasakan anak-anak untuk berinteraksi dengan karya sastra, kita turut membangun masyarakat yang lebih humanis dan bermartabat.
Sesungguhnya jelajah sastra anak adalah perjalanan panjang yang penuh makna. Setiap halaman yang dibaca, setiap cerita yang didengar, adalah langkah kecil menuju pembentukan individu yang cerdas secara emosional dan kaya akan nilai moral.
Oleh karena itu, mari kita bersama-sama menanamkan kecintaan terhadap sastra sejak dini, demi menciptakan generasi yang lebih baik, dengan budi pekerti yang luhur dan hati yang penuh empati.
Rissa Churria
Pendidik, penyair, esais, pelukis, aktivis kemanusiaan, pemerhati masalah sosial budaya, pengurus Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), pengelola Rumah Baca Ceria (RBC) di Bekasi, anggota Penyair Perempuan Indonesia (PPI), saat ini tinggal di Bekasi, Jawa Barat, sudah menerbitkan 7 buku kumpulan puisi tunggal, 1 buku antologi kontempelasi, serta lebih dari 100 antologi bersama dengan para penyair lainnya, baik Indonesia maupun mancanegara. Rissa Churria adalah anggota tim digital dan siber di bawah pimpinan Riri Satria, di mana tugasnya menganalisis aspek kebudayaan dan kemanusiaan dari dunia digital dan siber.
Untuk keterbacaan teks dan tampilan website majalahelipsis.com yang lebih baik, sila unduh aplikasi majalah elipsis di Google Play atau APP Store, tanpa memerlukan login. Kirim naskah ke majalah digital elipsis (ISSN 2797-2135) via email: majalahelipsis@gmail.com. Dapatkan bundel digital majalah elipsis (format PDF 100 halaman) dengan menghubungi redaksi di nomor WhatsApp 0856-3029-582. Ikuti laman media sosial Majalah Elipsis (Facebook) atau @majalahelipsis.