Di Panggung TPAT II Padang Panjang, Penyair Emi Suy dan Riri Satria Baca Puisi Tiga Bahasa

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp
Share on telegram

PADANG PANJANG, elipsis – Ada yang menarik dan menyita perhatian hadirin pada malam penutupan Temu Penyair Asia Tenggara (TPAT) II 2022 di Desa Wisata Kubu Gadang, Padang Panjang, Jumat (2/12) lalu.

Saat itu, duet penyair Emi Suy dan Riri Satria membacakan puisi dalam tiga bahasa diiringi saluang khas Minang sehingga membuat malam terasa semakin puitis di sela-sela hujan yang turun.

Puisi yang dibacakan adalah karya karya Emi Suy yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan dikirimkan untuk buku antologi TPAT II lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan bahasa Minang oleh Riri Satria.

“Saya butuh waktu dua pekan untuk menerjemahkan puisi tersebut ke dalam bahasa Inggris dan bahasa Minang,” ujar Riri Satria yang asli urang awak ini kepada majalah elipsis, Jumat (16/12).

Ia mengaku bukan ahli puisi, apalagi menerjemahkan puisi. Namun, ia mencoba melakukan yang terbaik yang bisa dilakukan. “Do the best that I can do. Terasa masih banyak kekurangan, karena menerjemahkan puisi bukan hanya sekadar menerjemahkan bahasa, tetapi ya okelah,” lanjut Riri yang memiliki latar belakang di bidang teknologi komputer dan ekonomi digital ini.

Bagaimana munculnya ide untuk membacakan puisi multibahasa ini? Penyair Emi Suy menjelaskan, idenya berasal menjelang Festival Sastra Internasional Gunung Bintan 2022 di Bintan beberapa bulan lalu. Ketika itu Emi dan rekan-rekannya ingin memberikan sedikit nuansa internasional pada panggung puisi, karena judul festivalnya adalah internasional.

“Maka saat itu kami membacakan puisi dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, masing-masing satu puisi karya saya dan karya Bang Riri. Nah, gagasan itu kami lanjutkan di TPAT II Padang Panjang, tapi ditambah dengan bahasa Minang sebagai apresiasi terhadap Ranah Minang selain sebagai tuan rumah acara,” kata Emi.

Pada acara Festival Sastra Internasional Gunung Bintan 2022 lalu, Riri Satria dan Emi Suy juga tampil baca puisi duet di Tanjungpinang. Keduanya adalah punggawa komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM) dan jajaran manajemen media sastra daring Sastramedia.

“Saya sama sekali tidak bisa berbahasa Minang,” kata Emi Suy. “Namun, saya mencoba berlatih bicara dalam bahasa Minang untuk baca puisi ini. Jadilah saya baca puisi bahasa Minang dengan dialek Jawa Timur. Saya terbantu sekali karena bahasa Minang tidak jauh berbeda dengan bahasa Indonesia. Saya bangga bisa membacakan puisi dalam bahasa Minang di Ranah Minang,” lanjut Emi yang asli Magetan, Jawa Timur.

Walikota Padang Panjang Fadly Amran pada kesempatan itu pun berdiri dan menyalami Riri dan Emi setelah turun dari panggung baca puisi. “Mbak Emi bisa berbahasa Minang?” tanya Walikota Fadly Amran. “Sedikit, Pak, namun saya berlatih untuk bisa,” jawab Emi yang kemudian diacungi jempol oleh Walikota.

Sebuah festival sastra internasional sejatinya memang harus memiliki nuansa internasional walaupun sedikit. Duet penyair Riri Satria dan Emi Suy telah memberikan nuansa itu dengan membacakan puisi multibahasa, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Minang.

“Kami sepakat dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa Daerah, dan kuasai bahasa Asing,” ujar Riri dan Emi menambahkan. (rls)

Penulis: Tiara N. S.
Editor: Muhammad Subhan

Untuk keterbacaan teks dan tampilan yang lebih baik, sila unduh aplikasi majalah elipsis di Play Store, tanpa memerlukan login. Kirim naskah ke majalah digital elipsis (ISSN 2797-2135) via email: majalahelipsis@gmail.com. Dapatkan bundel digital majalah elipsis (format PDF 100 halaman) dengan menghubungi redaksi di nomor WhatsApp 0856-3029-582. Ikuti laman media sosial Majalah Elipsis (Facebook) atau @majalahelipsis (Instagram).

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Download versi aplikasi untuk kenyamanan membaca